05.48 Edit This 0 Comments »
 JEJAK LANGKAH KECIL LORD BODDEN POWELL

Kali ini aku meneruskan perjalanan. Aku merasa berbagai tempat sudah kudatangi. Demi mereguk kesenangan semu. Mengikat emosi. Mengelola energi dan gairah hidup. Dalam sebuah pulau bisa saja terdapat banyak keindahan yang bisa kudatangi. Setelah kuingat-ingat aku sudah banyak bertualang. Meski tidak begitu jauh. Pikiranku pun mengembara ke masa lalu. Mengingat tentang Lord Bodden Powell. Waktu kecil aku terlibat dalam perkemahan pramuka yang dikenal dengan persami (perkemahan sabtu minggu). Sangat menyenangkan, berbagai perlengkapan kami bawa sebagai bekal. Bahkan kawanku membawa kompor minyak ibunya. Ukurannya terlalu besar. Hingga dia begitu tergopoh-gopoh saat membawa. Aku pun jadi tergelak lucu. Tidak apa, ini demi cara survival kami. Lagi pula banyak kelompok lain yang membawa kompor minyak. Jadi tidak aneh bukan! Kami pun berangkat dengan bus yang disediakan sekolah kami. Suasana begitu gembira memenuhi rongga perasaan. Senyum dan tawa selalu mengembang diantara kami. Ini pengalaman pertama kami meninggalkan rumah. Tidak diawasi ibu atau dipelototi bapak atas segala tingkah. Perasaan yang bebas seperti burung. Meskipun tetap juga dalam pengawasan sang kakak Pembina pramuka sebagai pengganti mata orang tua kami.

Aku ingat betul saat itu tenda kelompok kami berada diposisi tengah tenda lain tepat membelakangi pohon bambu yang lebat. Lucunya, ternyata tenda kami bersebelahan dengan sarang kodok. Kodoknya tampak besar-besar dan menjijikan. Aku takut berada dekat dengannya. Mitos yang aku percaya saat itu, "Kalau matamu dikencingi kodok, matamu bisa buta!". Sungguh mengerikan membayangkannya. Betul atau tidaknya aku tidak tahu. Tapi aku percaya saja dengan mitos tersebut bahkan hingga sekarang. Saat malam, kodok-kodok itu bernyanyi saut menyaut membuat paduan suara seriosa yang menyakitkan telinga. Bahkan dengkur tidur temanku pun kalah oleh suaranya. Nyatanya, kami malah dibuat tidak bisa tidur lantaran suara kodok tersebut. Ditambah dengan udara yang panas dalam tenda serta bau badan si udin kubil--salah satu temanku yang seperti ayam lantaran jarang mandi. Lengkap sudah penderitaan kami sebagai seorang pramuka pemula. Sepanjang malam kami cuma cekikikan mentertawakan si udin kubil yang bau ayam itu. Ditengah cekikikan itu tiba-tiba bau busuk menyengat hidung. Ternyata diantara kami ada yang buang gas. Wuah, keadaan semakin rusuh malam itu.

Matahari mulai menyebulkan kepalanya, sinarnya hangat jatuh ditenda kami. Prosesi kegiatan sebagai pramuka cilik segera dimulai. Kamipun berkemas, bersiap menghadapi tantangan. Prosesi awal dimulai dengan ritual upacara. Diantara peserta pramuka yang melibatkan banyak sekolah dengan gugus depannya masing-masing. Ternyata hanya sekolahku saja yang malas berkegiatan. Hal ini terlihat dari lambang-lambang kecil yang tersemat dibaju mereka. Baju mereka hampir penuh dengan lambang-lambang keaktifan. Sementara baju pramuka kami hanya tampak lambang pramuka di lengan kanan dan baret siaga di lengan kiri. Sisanya tampak kosong. Huh, dasar pemalas. Sementara temanku hanya cekikikan saja dibelakang baris melihat keadaan ini. Dan singkat cerita kegiatan mencari jejak pun dimulai. Sebuah kegiatan pembuktian sebagai pramuka sejati. Hasil sebuah wejangan dari Lord Boden Powell sebagai bapak pramuka dunia. dan nyatanya pengetahuan kami soal mencari jejak memang seadanya. Jangankan menghapal sandi morse atau sandi semapur. Dasa darma pramuka saja tidak hafal. Hahaha temanku kembali cekikikan dengan keadaan ini. Tapi aku menyukai kegiatan ini. Berjalan menapaki jalan kecil sambil melihat tanda-tanda rahasia sebagai sandi. Melewati rawa berlumpur. Memecahkan kode-kode misteri pada setiap pos. dan sialnya lagi, kami tersasar kerumah penduduk yang memang bukan jalurnya. Temanku lagi-lagi cekikikan melihat keadaan ini. Hmmm, pengalaman yang menyenangkan.

pesan BP kepada para penerus nya!!

22.22 Edit This 0 Comments »
APPENDIX. LAST MESSAGES

THE following messages were found amongst B.-P.'s papers after his death.

TO BOY SCOUTS:

Dear Scouts,—If you have ever seen the play Peter Pan you will remember how the pirate chief was always making his dying speech because he was afraid that possibly when the time came for him to die he might not have time to get it off his chest. It is much the same with me, and so, although I am not at this moment dying, I shall be doing so one of these days and I want to send you a parting word of good-bye.

Remember, it is the last you will ever hear from me, so think it over.

I have had a most happy life and I want each one of you to have as happy a life too.

I believe that God put us in this jolly world to be happy and enjoy life. Happiness doesn't come from being rich, nor merely from being successful in your career, nor by self-indulgence. One step towards happiness is to make yourself healthy and strong while you are a boy, so that you can be useful and so can enjoy life when you are a man.

Nature study will show you how full of beautiful and wonderful things God has made the world for you to enjoy. Be contented with what you have got and make the best of it. Look on the bright side of things instead of the gloomy one.

But the real way to get happiness is by giving out happiness to other people. Try and leave this world a little better than you found it and when your turn comes to die, you can die happy in feeling that at any rate you have not wasted your time but have done your best. "Be Prepared" in this way, to live happy and to die happy—stick to your Scout promise always—even after you have ceased to be a boy—and God help you to do it.

Your Friend,
BADEN-POWELL.